Sabtu, 25 September 2010

Tertimbun Pasir Setara 10 Truk, 3 Tewas

Laporan wartawan KOMPAS Mohamad Final Daeng
Sabtu, 25 September 2010 | 20:08 WIB
Kompas/Wawan H Prabowo
Ilustrasi tambang pasir


KLATEN, KOMPAS.com - Tiga penambang pasir di Dusun Sukorejo, Kemalang, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah tewas tertimbun longsoran tebing setinggi sekitar 10 meter, Sabtu (25/9/2010).

Dua penambang lainnya lolos dari maut, namun mengalami luka serius dan dilarikan ke rumah sakit. Ketiga penambang yang tewas adalah Darmin (18), Darmadi (28), dan Darno (60).

Darmin dan Darmadi adalah kakak beradik, sedangkan Darno adalah kernet truk pengangkut pasir asal Magelang. Dua korban luka serius adalah Woko (30) dan Marmianto (30).

Kepala Dusun Sukorejo, Jainu mengatakan, peristiwa terjadi pagi tadi saat para penambang itu mulai beraktivitas. Saat memuat pasir ke dalam truk, tiba-tiba tebing yang hanya berjarak 5 meter dari tempat menambang, longsor.

Kelima orang itu pun langsung tertimbun material tanah dan pasir yang volumenya setara sekitar sepuluh truk.

Darmin, Darmadi, dan Darno tewas seketika. Adapun Woko mengalami patah kaki dan Marmianto mengalami luka dalam dan dilarikan ke rumah sakit Panti Rapih Yogyakarta.

Truk pasir bernomor polisi AA 1499 JC itu pun ikut terguling ke sisi kiri akibat terkena longsoran. Pada saat kejadian cuaca cerah, namun beberapa hari terakhir ini memang turun hujan. "Ada kemungkinan struktur tebing itu runtuh akibat gerusan hujan beberapa hari ini," kata Jainu.

Analisis :

itu merupakan hal yang nass bagi Darmin, Darmadi, dan Darno karena Saat mereka memuat pasir ke dalam truk, tiba-tiba tebing yang hanya berjarak 5 meter dari tempat menambang, longsor.

Sabtu, 18 September 2010

Dari Sopir Jadi Juragan Kue Kacang Hijau

Dari Sopir Jadi Juragan Kue Kacang Hijau
Sabtu, 18 September 2010 | 14:43 WIB

TERKAIT:
Mohammad Hilmi Faiq
Kue kacang hijau sudah sejak lama menjadi salah satu cemilan warga Kota Sabang, Pulau We, Nanggroe Aceh Darussalam. Pada tahun 1980-an, beberapa warung menjual kue kacang hijau buatan ibu rumah tangga itu dengan cara diletakkan di atas nampan atau piring.
Warga menilai kue kacang hijau hanyalah camilan biasa, tidak ada istimewanya. Apalagi, kue itu hanya bertahan satu sampai dua hari. Lebih dari itu, tidak lezat lagi disantap karena basi.
Beda dulu, beda sekarang. Tangan dingin Marfin Gunawan (53) atau kerap dipanggil A Guan berhasil mendongkrak citra kue kacang hijau dari sekadar kue kelas toko menjadi kue andalan Kota Sabang. Tidak ada yang menyangka kalau mantan sopir angkutan barang itu mampu mendongkrak pamor kue kacang.
Di hampir semua pusat oleh-oleh khas Sabang, termasuk di Pelabuhan Balohan, pemilik toko memajang Kue Kacang Hijau AG Sabang ini. Para pelancong yang singgah ke Sabang merasa kurang puas kalau tidak membawa pulang Kue Kacang Hijau AG Sabang. Ketenaran Kue Kacang Hijau AG Sabang bahkan sampai ke Yogyakarta melalui anggota TNI Angkatan Udara yang terbang bolak-balik Yogyakarta-Sabang sebulan sekali.
Semua itu butuh ketekunan, keuletan, dan perjuangan panjang. Pria kelahiran Sabang, 13 Juni 1957, itu sendiri tidak pernah menduga kalau harus menggeluti usaha pembuatan kue kacang hijau.
Perjodohan Marfin dengan kue kacang hijau, yang mirip dengan bakpia, itu bermula pada suatu hari pada tahun 1994. Saat itu, seorang pengusaha kacang hijau tingkat rumah tangga memberinya resep rahasia membuat kue kacang hijau kepada Marfin. Pengusaha itu sendiri memilih alih profesi karena merasa usaha lamanya itu tidak prospektif.
Marfin lantas mencoba resep rahasia itu dan menitipkannya di toko-toko. Hasilnya sama saja, kuenya tidak begitu laku. Dalam sehari hanya sekitar 50 biji yang terjual dari 100 biji yang tersedia. ”Dari situ saya mulai mencari cara agar kue kacang ini lebih diminati pembeli,” kata Marfin, akhir Juli lalu.
Inovasi
Dia menemukan dua kekurangan mencolok dalam pembuatan kue kacang hijau. Kue tersebut terlalu basah dan rasanya hambar karena menggunakan minyak goreng. Setelah beberapa kali berinovasi, dia menemukan pengganti minyak goreng yang pas, yakni mentega yang membuat kuenya lebih kering dan gurih.
Dampak inovasi itu sangat nyata. Omzet penjualan kue kacang hijau terus melambung. Pada tahun 2000, omzetnya mencapai 200 sampai 300 kotak per hari, dengan harga Rp 11.000 per kotak. Satu kotak berisi 20 biji kue kacang hijau. Semua dia lakukan sendiri, dibantu anggota keluarganya.
Marfin biasa bangun pukul 03.00 untuk membuat adonan kue. Dia baru tidur pada pukul 22.00 pada saat semua bahan untuk esok hari telah siap. Kebiasaan itu berlangsung sampai sekarang.
Namun, masih ada yang mengganggu Marfin karena kuenya hanya bisa bertahan satu sampai dua hari alias cepat basi. Untuk itu, dia menambahkan zat antibasi dalam adonannya. Ide untuk penambahan zat antibasi itu datang dari petugas Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan saat Marfin berkonsultasi tentang cara meningkatkan mutu kuenya. Hasilnya, kue bisa bertahan sampai sepekan.
”Zat antibasi ini bukan pengawet. Saya tidak berani memberi zat pengawet karena katanya bisa mengganggu kesehatan,” kata Marfin.
Usaha pembuatan kue kacang hijau terus berkembang. Marfin perlu tambahan tenaga kerja sehingga dia merekrut 25 ibu rumah tangga di sekitar rumahnya di Jalan Sultan Hasanuddin, Sabang, sebagai pekerja.
Selain itu, dia merasa perlu membeli alat-alat produksi baru untuk pengembangan usaha. Dari awalnya menggunakan oven manual, kemudian Marfin membeli tiga oven semimanual seharga Rp 400.000 per buah. Saat keuntungan kian melimpah, dia membeli oven putar sebanyak empat buah, Rp 11 juta sampai Rp 16 juta per buah.
Terdampak tsunami
Ketika tsunami menghantam Aceh dan sekitarnya pada 26 Desember 2004, usaha Marfin ikut menjadi korban ikutan. Meskipun semua alat produksi selamat dari hantaman tsunami dan semua anggota keluarga selamat, usahanya lesu.
Tak ada seorang pun pegawainya yang masuk kerja karena mereka sibuk menyelamatkan diri dan merawat keluarganya yang menjadi korban. Kalau pun Marfin memaksakan membuat kue, tidak akan ada yang membelinya. ”Saat itu, banyak orang berpikir sulit untuk bisa pulih, tetapi saya yakin masih bisa bertahan dan maju,” katanya.
Tiga bulan usaha Marfin mati dan itu membuatnya sempat berpikir usahanya berakhir. Seiring pulihnya korban tsunami, semangat Marfin pun pulih. Apalagi, para karyawannya kembali bekerja.
Seolah berangkat dari nol lagi, Marfin meyakinkan diri dan karyawannya bahwa usahanya akan maju jika mereka tetap bersemangat. Satu bulan. Dua bulan. Tiga bulan. Omzet Marfin pulih dan bahkan naik menjadi 500 kotak per hari.
Saat itu dia merasa perlu inovasi baru. Jika sebelumnya kotak kemasan kue kacang hanya berupa kardus polos, sekarang dia berpikir untuk membuat merek bergambar dan berlabel halal. Tujuannya agar para pelancong semakin mantap menjadikan Kue Kacang Hijau AG Sabang sebagai oleh-oleh.
Dia lantas menghubungi koleganya di Medan, Sumatera Utara, untuk membantu mencetak dan membuat desain kotak kemasan kue kacang hijau. Sejak saat itu, tepatnya awal 2005, kemasan Kue Kacang Hijau AG Sabang lebih menarik dan menawan seperti yang terlihat di berbagai warung dan toko pusat oleh-oleh.
Kerja keras Marfin tidak hanya diapresiasi oleh pelanggan. Badan POM memberinya penghargaan berupa piagam Bintang Keamanan Pangan karena telah menerapkan prinsip dasar keamanan pangan. Badan POM menilai, proses pembuatan Kue Kacang Hijau AG Sabang menjaga higienitas, keamanan penyimpanan, sanitasi yang bagus, serta peralatan yang aman dan bersih.

Analisis :

Kerja keras Pak Marfin Gunawan atau biasanya di panggil A guan pantas di acungin jempol. Yang bergerak dari profesi sebagai Sopir Angkutan Barang menjadi Pebisnis Kue Kacang Hijau yang sukses. Pada tahun 2004 bisnis Pak Marfin Gunawan harus di mulai dari nol lagi karena bencana tsunami. Itu bukan pekerjaan mudah, setiap orang mungkin sudah mundur jika harus memulai dari nol lagi. Yang bisa kita pelajari dari Pak Marfin ini adalah ketekunan, keuletan, dan perjuangan panjang yang di lakukan Pak Marfin untuk bisa sukses. Semua orang itu bisa sukses, kita hanya perlu ketekunan, keuletan, dan perjuangan panjang.

Kamis, 09 September 2010

Ini Meriam Pengusir Kuntilanak

KOMPAS.com — Gelondongan kayu mabang yang dibentuk silinder berongga tampak berjejer rapi dalam kelompoknya masing-masing, biasanya lima buah, di tepian Sungai Kapuas yang membelah Kota Pontianak.
   
Sudah sepekan sebelum Lebaran tiba, kayu besar silinder yang dibentuk sebagai meriam karbit itu sudah bertengger dan sekali-kali dinyalakan di malam hari.
   
"Ini namanya permainan meriam karbit. Ini sudah menjadi tradisi dan dimainkan masyarakat tepian Sungai Kapuas setiap tahunnya," kata seorang kerabat Kesultanan Pontianak, Syarif Usmulyani, menjelaskan.
   
Setiap malam hari sebelum dan sesudah Lebaran dengan puncaknya malam Lebaran, suara dentuman satu meriam dengan meriam lainnya akan memecahkan angkasa Kota Khatulistiwa itu.
   
Tak kurang dari 40 kelompok warga yang bermain meriam karbit ini, menurut data yang ada di Dinas Pariwisata Kota Pontianak.
   
Setiap kelompok itu jumlah anggotanya bervariasi, mulai dari 15 hingga 30 orang yang mewakili "gang" atau RT, atau gabungan beberapa "gang" atau RT di kampung tepian Kapuas.
   
Setiap kelompok biasanya memiliki lima meriam, tetapi ada beberapa yang memiliki sampai belasan meriam. Kebanyakan lokasi meriam ditempatkan di tepian Sungai Kapuas di sekitar Jembatan Kapuas dengan kedudukan yang saling berhadapan, tetapi dibatasi bentang sungai yang lebarnya sekitar 600 meter itu.
   
"Mereka berjejer di masing-masing tepi sungai yang berhadapan, seakan siap-siap berperang," kata Usmulyani. Dentuman yang bersahut-sahutan itu mengundang daya tarik masyarakat Kota Pontianak, bahkan wisatawan dari luar Kalbar menontonnya.
   
Dentuman meriam karbit ini sangat keras, dapat terdengar dari radius 3 hingga 5 kilometer.
Sumber http://regional.kompas.com/read/2010/09/09/12513879/Ini.Meriam.Pengusir.Kuntilanak-8.
Kamis, 9 September 2010 | 12:51 WIB
Analisis : Ternyata meriam karbit yang biasa dimainkan oleh masyarakat di pontianak, bukan hanya berfungsi sebagai sebuah permainan semata. Meriam karbit bisa juga untuk mengusir Kuntilanak. Dengan begitu Meriam karbit ini bisa meringankan perkerjaan para dukun.

Sabtu, 04 September 2010

Anthony-Howard Main Film

Carmelo Anthony dan Dwight Howard. Pemain NBA yang sudah tidak asing lagi bagi kita akan memulai debut layer lebar nya di film yang berjudul “Amazing”. Di lihat dari kedua pemain NBA yang baru memulai debut nya di layer lebar, akan menjadi hal yang berbeda dari aktifitas kedua pemain tersebut yaitu bermain basket.
Film “Amazing” ini dibuat oleh Hu Xuehua. Yang baru saja menyabet gelar sebagai pembuat film terbaik di Kennedy Center Honors, dengan begitu ini akan menjadi film yang sangat di tunggu-tunggu oleh para penggemar film dan NBA.
Dilihat dari sudah dimulai nya laga pramusim kelima di China. Ini akan memungkinkan kedua pemain absen bertanding pada lagi nanti.